I'M Keven Feil

Graphic Designer . Web Developer . Photographer

About Me

Hello

I'mKeven Doe

Developer and Startup entrepreneur

I am Keven Doe. Web scholar. Introvert. Explorer. Hardcore thinker. Devoted social media fan. Wannabe reader.

If you are going to use a passage of Lorem Ipsum, you need to be sure there isn't anything embarrassing hidden in the middle of text making it over 2000 years old.

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Aenean commodo ligula eget dolor. Aenean massa. Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Aenean commodo ligula eget dolor.

Fusce quis volutpat porta, ut tincidunt eros est nec diam erat quis volutpat porta, neque massa, ut tincidunt eros est nec diam FusceFusce quis volutpat portaFusce quis volutpat

Web Dedign

UX/UI Dedign

Wordpress

Javascript

What I do?

Graphic

Lorem ipsum dolor sit amet, augue theophrastus ex.

Photography

Lorem ipsum dolor sit amet, augue theophrastus ex.

Development

Lorem ipsum dolor sit amet, augue theophrastus ex.

Responsive

Lorem ipsum dolor sit amet, augue theophrastus ex.

Wordpress

Lorem ipsum dolor sit amet, augue theophrastus ex.

Javascript

Lorem ipsum dolor sit amet, augue theophrastus ex.

My Experience

Apple Inc.

2015-Today

Art & Creative director

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua.

Facebook Inc.

2012-2015

Web designer & developer

Lorem ipsum dolor sit amet, sit augue theophrastus ex. Nec ne dicam impedit perpetua, legimus fierent molestiae ei nec. Eum ei adhuc meliore pericula.At agam omittam accumsan mel.

IBM Inc.

2011-2012

Mid-level designer

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua.

My Latest Projects

Showing posts with label internasional. Show all posts
Showing posts with label internasional. Show all posts

China Pneumonia Outbreak May be Linked to New Type of Virus: WHO

AkasiaMedia.com, Asia- A cluster of more than 50 pneumonia cases in the central Chinese city of Wuhan may be due to a newly emerging member of the family of viruses that caused the deadly SARS and MERS outbreaks, World Health Organisation (WHO) said on Wednesday (Jan 8).

While the United Nations health agency said it needed more comprehensive information to confirm precisely the type of pathogen causing the infections, it said a new coronavirus was a possibility.

But on Thursday, Chinese state television was more conclusive, citing pathogen test results from a preliminary assessment expert group.

"As of Jan 7, 2020, the laboratory detected a new type of coronavirus," China Central Television (CCTV) said in a report. "The new coronavirus that caused this epidemic situation is different from previously discovered human coronaviruses, and further understanding of the virus requires more scientific research."

The CCTV report did not identify the laboratory or the expert group.

Coronaviruses are a large family of viruses that can cause infections ranging from the common cold to Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Some of the virus types cause less severe disease, while some - like the one that causes Middle East Respiratory Syndrome (MERS) - are far more severe.

"The initial information about the cases of pneumonia in Wuhan ... pointed to a coronavirus as a possible pathogen causing this cluster," the WHO said in a statement.

It added that since Chinese authorities have conducted laboratory tests and eliminated the SARS coronavirus and the MERS one as possible causes, as well as flu, bird flu, adenovirus and other common respiratory pathogens, "therefore, a novel coronavirus could not be ruled out".

The pneumonia outbreak started last month, and 59 cases had been reported by Chinese authorities by Sunday.

The WHO noted that coronaviruses emerge periodically - including in 2002 to cause SARS and in 2012 to cause MERS.

It said that according to Chinese authorities, the virus behind the Wuhan cases can cause severe illness in some patients and does not appear to pass easily from person to person.

"More comprehensive information is required to confirm the pathogen, as well as to better understand the epidemiology of the outbreak, the clinical picture, the investigations to determine the source, modes of transmission, extent of infection, and the countermeasures implemented," the WHO said.

In 2003, Chinese officials covered up a SARS outbreak for weeks before a growing death toll and rumors forced the government to reveal the epidemic. The disease spread rapidly to other cities and countries in 2003. More than 8,000 people were infected and 775 died.

Topik Perang Dunia III, Bergema di Seluruh Media


AkasiaMedia.com
, Asia- Serangan udara Amerika Serikat (AS) menewaskan Komandan Garda Revolusi Iran. Mayor Jenderal Qasem Soleimani, Komandan Pasukan Quds tewas dalam serangan udara AS di Baghdad pada Jumat (3/1) pagi yang diperintahkan oleh Presiden AS Donald Trump guna 'melindungi personel AS di luar negeri'.

Tewasnya Jenderal Iran tersebut meningkatkan ketegangan di Timur Tengah yang menjadi rumah bagi negara-negara penghasil minyak. Presiden Iran Hassan Rouhani mengungkapkan dalam sebuah pernyataan bahwa ia kan membalas kejadian ini. Peristiwa ini disebut-sebut sebagai pemicu perang dunia ketiga.

Tagar world war 3 pun menggema di sosial media dalam beberapa waktu belakangan.
ak sampai sehari setelah tewasnya Mayor Jenderal Qasem Soleimani yang memperparah ketegangan antara AS-Iran, harga minyak dunia naik. Harga minyak brent melonjak 3,6% ke level US$ 68,60 per barel pada Jumat (3/1) kemarin. Minyak berjangka AS juga naik 3,1% ke US$ 63,05 per barel. Ini merupakan kenaikan terbesar dalam sebulan terakhir dan harga tertinggi sejak September 2019.

Lantas, bagaimana dampaknya terhadap perekonomian Indonesia?

Ekonom Institute for Development of Economics & Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, jika perang dunia ketiga meletus karena peristiwa tersebut, perekonomian Indonesia terancam. Melihat proyeksi ekonomi dalam APBN 2020, harga minyak diprediksi US$ 63 per barel. Tentunya, harga minyak yang sudah melampaui prediksi APBN 2020 ini bisa meningkatkan harga bahan bakar minyak (bbm), terutama non subsidi.

"Dampak ketegangan AS dan Iran paling cepat dirasakan ke harga minyak mentah dunia yg meroket lebih dari 4% dan berimbas pada beban subsidi bbm dan tarif listrik yang bengkak di awal 2020. Di sisi lain, harga bbm non subsidi jenis Pertamax, Pertalite maupun Dex pun berisiko mengalami penyesuaian," kata Bhima kepada detikcom, Minggu (5/1/2020).
Pemerintah baru saja menurunkan harga bbm non subsidi di awal 2020 ini. Menurut Bhima, jika perang dunia ketiga meletus, harga bbm diprediksi bisa naik lagi.

"Bisa naik kembali karena harga bbm khususnya non subsidi bergantung pada tren harga minyak dunia," imbuhnya.

Hal tersebut dapat berdampak pada inflasi dan daya beli masyarakat, yang ujung-ujungnya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Ini ujungnya adalah inflasi yang lebih tinggi dibanding tahun 2019. Jika tekanan pada harga kebutuhan pokok naik, ujungnya daya beli tertekan dan pertumbuhan ekonomi diprediksi merosot dibawah 4.8%," terang Bhima.

Sementara itu, dampaknya di pasar keuangan yakni volatilitas yang berbahaya. Investasi seperti surat berharga bisa sangat berisiko sehingga investor memilih bermain aman.

"Kalau di pasar keuangan dampaknya adalah volatilitas yang membahayakan ekonomi dalam jangka panjang. Investor makin takut berinvestasi ke pasar negara berkembang. Ada kecenderungan makin bermain aman misalnya dengan membeli dolar atau emas. Harga emas dunia telah naik 2.19% dibandingkan tahun lalu dan dollar index menguat tipis 0.51% dalam sepekan terakhir," jelas dia.

Harga Emas Asia Melonjak, Pasca AS-IRAN Memanas

AkasiaMedia.com, Asia- Tensi yang memanas di Timur Tengah membuat harga emas global mencapai level tertingginya dalam hampir tujuh tahun. Sementara harga minyak mentah dunia juga melonjak signifikan.

Melansir CNBC, Senin (6/1/2020), hari ini spot gold melonjak 1,6% menjadi US$ 1.575,37 per ounce. Angka itu merupakan level tertinggi sejak April 2013.

Selain itu harga minyak global juga meningkat di tengah kekhawatiran konflik di kawasan Timur Tengah yang dapat mengganggu pasokan global. Minyak mentah berjangka Brent naik US$$ 1,05 menjadi US$ 69,65 per barel, sementara minyak mentah AS naik 94 sen menjadi US$ 63,99.

"Risiko eskalasi lebih lanjut jelas telah meningkat, mengingat serangan langsung terhadap Iran. Ancaman pembalasan Iran dan keinginan Trump untuk terlihat tangguh merupakan ancaman dari harga minyak yang bisa lebih tinggi," kata kepala ekonom AMP Capital, Shane Oliver.

Di pasar saham juga menunjukkan gejolak. Indeks saham MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,16% meskipun sebagian besar indeks utama belum dibuka. Futures untuk Nikkei Jepang menunjukkan penurunan pembukaan sekitar 500 poin.

Sebelumnya Soleimani, kepala unit pasukan khusus di Korps Pengawal Revolusi Islam, adalah arsitek utama operasi militer Iran di luar negeri. Dia terbunuh Kamis malam ketika meninggalkan bandara Baghdad, saat mobil konvoinya ditabrak oleh sebuah pesawat tak berawak yang diperintahkan oleh presiden AS.

Salah satu dari mereka yang terbunuh bersamanya juga adalah pemimpin penting milisi Irak, Abu Mahdi al-Muhandis, yang juga wakil komandan milisi yang didukung Iran yang dikenal sebagai Pasukan Mobilisasi Populer.

Kejadian itu membuat tensi kedua negara memanas. Nah Irak merasa negaranya akan menjadi lokasi perang antara AS vs Iran.

Parlemen Irak mengambil tindakan dengan mengusir pasukan AS dan militer negara lainnya keluar dari negaranya. Hal itu membuat Trump kembali naik darah. Kejadian ini membuat heboh hampir seluruh dunia. Perang dunia ketiga atau World War 3 sempat menjadi trending topic di Twitter.

AS-Iran Memanas, Bursa Saham Asia Memerah


AkasiaMedia.com, Asia- Pada Jumat pagi waktu Indonesia (3/1/2020), CNBC International melaporkan bahwa AS telah meluncurkan roket ke pesawat petinggi pasukan militer Iran. 

Mengutip CNBC International, Jenderal Qassim Soleimani yang merupakan pemimpin dari Quds Pasukan selaku satuan pasukan khusus yang dimiliki Pengawal Revolusi (salah satu bagian dari pasukan yang mendukung Iran), dikabarkan sebagai pelindung udara yang dikirim oleh AS di Baghdad.

Selain itu, Abu Mahdi al-Muhandis yang merupakan wakil komandan dari Pasukan Mobilisasi Populer selaku kelompok milisi Irak yang dibekingi oleh Iran, juga terkait meninggalkan dunia. Laporan dari CNBC International mengutip kutipan dari stasiun televisi di Irak, bersama pejabat pemerintah.

DIlansir dari Bloomberg, serangan udara yang diluncurkan oleh AS terjadi di dekat bandara internasional Baghdad.

Memasuki siang hari waktu Indonesia, Pentagon mengonfirmasi matinya Soleimani. Pentagon mengonfirmasi bahwa Soleimani gugur dalam serangan yang diluncurkan AS menggunakan drone.

"Atas arahan Presiden, militer AS telah mengambil tindakan defensif yang diperlukan untuk melindungi karyawan AS di luar negeri dengan membunuh Qasem Soleimani," tulis Pentagon dalam keterangan resminya.

"Jenderal Soleimani secara aktif mengembangkan rencana untuk menyerang para diplomat dan personel militer AS di Irak dan seluruh kawasan regional," jelas Pentagon.

Iran pun tak tinggal diam. Dalam pernyataanya, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengutuk keras tindakan AS. Dirinya menyatakan bahwa Iran tidak takut untuk membalas AS.

"AS bertanggung jawab atas semua keputusan dari keputusan jahatnya," tegasnya melalui akun Twitter yang diterima Reuters, Jumat (3/1/2019).

Soleimani sendiri telah disanksi oleh AS sejak tahun 2007 dan pada Mei 2019, Washington memutuskan untuk melabeli Pengawal Revolusi, bergabung dengan seluruh bagiannya, sebagai organisasi penyelamat, menggunakan label pertama kali diberikan kepada lembaga militer dari negara masing-masing.

Serangan udara yang diluncurkan oleh AS di Baghdad merupakan eskalasi teranyar dari hubungan AS-Iran yang telah panas dalam beberapa waktu terakhir. Pada pekan kemarin, seorang kontraktor asal AS diketahui tewas dalam serangan roket di markas militer Irak di Kirkuk.

Pembunuhan terhadap kontraktor asal AS ini kemudian direspons AS dengan menyerang militer yang dibekingi Iran di Irak. Selepas itu, kedutaan besar AS di Irak diserang oleh Kataeb Hezbollah, kelompok milisi yang dibekingi oleh Iran.

Pada Minggu pagi waktu Indonesia (5/1/2020) atau Sabtu malam waktu AS (4/1/2020), tensi antara AS dengan Iran semakin memanas.

Trump meminta Iran untuk tidak melakukan balasan atas pembunuhan Soleimani yang diotorisasi sendiri oleh dirinya. Jika sampai menyetujui ini tak diindahkan, Trump akan menyetujui sebanyak 52 wilayah sebagai balasan.

Hal tersebut diumumkan oleh Trump melalui revisi cuitan di akun Twitter pribadinya, @realDonaldTrump. Menurut Trump, beberapa dari 52 wilayah tersebut merupakan lokasi yang sangat penting bagi Iran. Dipilihnya 52 wilayah tersebut melambangkan jumlah tawanan asal AS yang disandera oleh Iran di masa lalu.

Kontroversi Uighur: PBB Rilis dugaan Tentang Tiongkok

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merilis pernyataan terbaru soal etnis Uighur di Xinjiang China.

Melalui pernyataan pers, akhir pekan lalu, sekelompok pelapor khusus PBB menuding telah ada pengadilan tersembunyi, yang berujung pada hukuman mati terhadap seorang ahli geografi dari kelompok minoritas itu.

Ahli Geografi tersebut bernama Tashpolat Tiyip. Ditulis AFP, pelapor khusus PBB meminta  termasuk meminta agar keluarga bisa bertemu dengan beliau jika masih hidup.

Tiyip merupakan intelektual di kelompok Uighur. Tapi ia kemudian menghilang dari publik dan diduga telah menghadapi persekusi dari China.

AkasiaMedia.com, Asia- Sebelumnya, dari pantauan lembaga Amnesty International, Tiyip ditahan aparat keamanan China karena tuduhan separatisme di 2017 lalu. Amnesty menuding sejak saat itu Tiyip telah diadili dengan tertutup dan tidak adil.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri China membantah tudingan ini. Juru bicara Kemlu China, Geng Shuang, 

China mengatakan Tiyip didakwa atas korupsi dan penyuapan. Dikutip dari media yang sama, Geng Shuang menegaskan hak-hak Tiyip tetap dipenuhi sesuai dengan hukum yang berlaku.

Selama beberapa bulan terakhir, China terus menjadi sorotan setelah diduga menahan sekitar 1 juta etnis Uighur di sejumlah kamp konsentrasi. Bukan hanya dituduh melakukan "cuci otak" pada etnis tersebut, China juga membatasi hak-hal pribadi Uighur termasuk beribadah.

What clients say

Start Work With Me

Contact Us

JOHN DOE
+123-456-789
Melbourne, Australia

Breaking Video

Recent Posts

Comments

Translate

Like on FB

Pages